Sebuah cerita menarik datang dari kelompok teater mahasiswa di Boston College, Massachusetts, Amerika Serikat. Ketika jadwal pertunjukan teater mereka di hadapan siswa sekolah gagal terlaksana karena pandemi, mereka tetap mencari cara untuk menampilkan cerita dongeng kesukaan mereka dari rumah dalam bentuk video.
Video tersebut kemudian didistribusikan oleh Professor Luke Jorgensen (asisten ketua Departemen Teater Boston College) melalui guru kepada sembilan sekolah yang sudah dijadwalkan menonton teater mereka.
“Harapan saya adalah anak-anak akan senang menonton kami menceritakan kisah-kisah ini. Jika kita dapat membantu anak-anak merasa sedikit lebih berani dengan menonton video dongeng kami (yang direkam dari rumah), terutama selama kondisi yang tidak pasti dalam seperti saat ini, itu akan luar biasa,”
Michelle Zhou, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam proyek tersebut.
Selain didistribusikan kepada sembilan sekolah tersebut, video-video tersebut akan ditampilkan juga secara virtual di Festival Seni Boston tahunan ke-22, dengan tema “Ignite Creativity” pada 23–25 April lalu.
Kondisi mental anak ketika pandemi?
Di tengah pandemi yang dipenuhi ketidakpastian ini semua orang dari segala usia akan menderita dampaknya. Seperti halnya di Indonesia, di mana beberapa kota tengah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), mobilitas masyarakat dibatasi untuk mencegah menularnya virus corona.
Banyak sekali sorotan terhadap orang tua dan dewasa, ketika aktivitas mereka dibatasi saat PSBB diterapkan, lalu bagaimanakah anak-anak menghadapi kondisi ini? Di Kota Surabaya sekolah diliburkan sejak 16 Maret 2020, diperpanjang hingga hari ini.
Anak-anak yang tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi saat ini, akan bisa tertekan dan terganggu mentalnya akibat rasa ketakutan atau informasi yang tidak disampaikan dengan baik oleh orang tuanya. Mudah marah, suka mencari perhatian, hingga semakin manja adalah perilaku yang akan timbul pada anak-anak.
Dengan dipaksa belajar di rumah, tidak dapat bermain dan berkumpul dengan teman-temannya di luar rumah, akan sangat berdampak bagi mereka. Menurut pemaparan dari psikiater Dr. Justin Mohatt anak remaja, anak berusia 7 tahun, dan begitu pula anak 2 tahun membutuhkan sebuah struktur (baca: rutinitas).
Sesuatu yang rutin atau predictable (bisa ditebak) membantu mengurangi kecemasan serta potensi konflik yang bisa terjadi kepada anak-anak mereka. Membuat jadwal dan memberikan informasi yang tepat pada anak akan membantu mereka beradaptasi tentang kondisi saat ini.
Peran dongeng dalam menyampaikan informasi
Professor Bruno Bettelheim yang merupakan seorang psikolog klinis, pada tahun 1976 meneliti tentang kekuatan dan kegunaan dongeng dalam perkembangan masa anak-anak.
Melalui madzhab Freudian, Bettelheim meneliti aspek emosial dan simbolis dari dongeng anak-anak tradisional di samping psikologi perkembangan anak kontemporer. Melalui penelitiannya tersebut Bettelheim percaya bahwa ketika anak-anak menemukan sebuah makna dalam cerita yang berkembang secara sosial (di lingkungannya), mereka akan terlibat dalam pertumbuhan emosional dan melampaui sifat-sifat yang berpusat pada diri mereka sendiri.
Dengan kata lain Bettelheim ingin memaparkan bahwa dongeng ini penting untuk anak-anak mengenal kondisi sosial dan lingkungan mereka. Di mana proses ini akan membantu pertumbuhan emosional mereka, serta kepekaan mereka terhadap kondisi sekitar dan tidak melulu fokus kepada diri sendiri (egois).
Dengan kondisi saat ini yang dipenuhi oleh spekulasi-spekulasi peranan dongeng sangat penting bagi anak untuk memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Orang tua harus berperan ekstra untuk melindungi anak-anak agar mereka tidak tertekan dan terganggu kesehatan mentalnya.
Banyaknya informasi yang datang bertubi-tubi di era digital ini yang belum tentu kebenarannya akan menyulitkan orang tua dalam meverisikasinya, dan dampaknya, anak akan sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dongeng menjadi sebuah medium untuk memberikan informasi yang mudah dipahami tanpa mengurangi fakta dan kebenarannya.
Dengan informasi yang benar, secara tidak langsung kita akan membekali anak-anak kita sebuah pengetahuan yang berfungsi untuk melindungi mereka.
Pertama dongeng yang ditulis oleh Watiek Ideo dengan ilustrator Luluk Nailufar berjudul “Cerita Si Korona” berusaha merespons tentang pandemi dengan cepat. Melihat virus corona tanpa bantuan mikroskop adalah kegiatan yang sangat mustahil, dalam dongeng ini misalnya Watiek menjelaskan apa itu virus corona dan bagaimana bentuknya dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Di sisi lain, anjuran WHO tentang memakai masker, cuci tangan dan menjaga imun dengan banyak istirahat menjadi sebuah informasi yang disampaikan Watiek Ideo dalam ceritanya.
Ilustrasi yang simpel dan menarik membuatnya akan mudah diproses dalam imajinasi anak-anak. Sebuah cerita yang sangat aku rekomendasikan bagi orang tua kepada anak-anak mereka.
Kedua ada seri dongeng “Perlindungan Diri dari Virus Corona” yang ditulis oleh Vegamoon dan Novita Rully A dengan ilustrator Shafira Utami merupakan salah satu produk dongeng yang lahir akibat pandemi covid-19 ini.
Karya ini menjadi penting lantaran informasi yang disajikan dengan sederhana akan membuat anak-anak paham cara-cara yang harus dilakukan untuk melindungi diri mereka dari virus corona.
Masker, hand sanitizer, sabun cuci tangan, hingga virus corona diilustrasikan dengan sangat menarik dan lucu. Beda dengan cerita Watiek di atas, cerita kali ini menempatkan barang-barang penting seperti masker, hand sanitizer, dan sabun cuci tangan sebagai karakter yang bisa berbicara.
Dengan alur cerita yang menarik, Vegamoon dan Novita berusaha untuk menyampaikan informasi bahwa barang-barang yang aku sebutkan di atas merupakan barang penting yang bisa menjaga kita agar terhindar dari penularan virus corona.
Dua dongeng di atas merupakan sebuah contoh peran penting dongeng bagi anak di masa pandemi. Informasi yang disajikan secara sederhana, menarik, dan lucu namun tidak meninggalkan fakta atau kebenaran membuatnya bisa menjadi bekal bagi pengetahuan anak untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi sekarang.
Sudah siapkah kita mendongeng kepada anak, adik atau saudara kita?
Cerita bisa diunduh di sini:
Leave a comment