Pasca menikah, momen yang paling ditunggu di bulan Ramadan adalah buka bersama keluarga besar. Kondisi ini berbeda jauh ketika masa-masa pra-menikah, dengan latar belakang keluarga yang berasal dari pendatang, saya sering sekali merasa tidak punya cukup saudara.

Momen-momen kesepian itu berubah pasca menikah dan tinggal di dekat keluarga besar. Di bulan Ramadan, salah satu agenda yang mungkin bisa dikatakan wajib adalah berbuka bersama keluarga besar. Di momen ini biasanya ketemu beberapa saudara yang sudah lama tidak pernah tatap muka secara langsung.

Selain itu, saling menanyakan kabar dan aktivitas terbaru juga menjadi momen yang menarik. Bukan untuk pamer keberhasilan masing-masing, tapi untuk mengetahui apakah bisa membantu jika sedang kesulitan.

Pada tahun ini, momen itu berlangsung di pada Selasa, 11 April 2023. Bertempat di sebuah rumah makan lesehan (rumah makan khas daerah Jawa Timur) Bundari yang berlokasi di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.

Dengan lokasi dan waktu yang sudah ditentukan, kami memilih untuk berangkat sendiri-sendiri menggunakan sepeda motor. Saya, Iza, dan Aksara berangkat pukul 16.20 dari rumah menggunakan motor matic, kami bertiga menyempatkan waktu untuk mampir sebentar ke salah satu bidan desa untuk menanyakan vaksin buat Aksara. Tapi, ternyata vaksin Aksara sudah lengkap, tanpa terlewat satu pun.

Akhirnya, kami bergegas menaiki motor untuk segera sampai ke lokasi buka bersama pukul 16.30. Jaraknya yang cukup jauh, sekitar 30 menitan dari rumah bidan desa ditambah kemacetan di sekitar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo membuat saya cukup santai memacu kendali gas.

Setibanya di sana, pukul 17.00, kami langsung menuju meja resepsionis untuk menanyakan meja yang sudah dipesan sebelumnya. Dan ya, hahaha. Kami datang paling awal dari keluarga besar lainnya.

Lokasinya cukup luas, dengan konsep rumah makan apung dengan kolam ikan di bawahnya. Tipikal rumah makan lesehan yang sering saya temui di wilayah Surabayat Barat yang beberapa perekonomiannya masih ditopang olah usaha perikanan. Apalagi ini di Kabupaten Sidoarjo, hampir mayoritas perekonomiannya yang berada di pesisir ditopang oleh usaha perikanan.

Mungkin sekitar 10-15 menit berselang, satu-persatu saudara mulai berdatangan. Ada yang membawa camilan untuk berbuka puasa seperti gorengan, sempol, dan beberapa makanan ringan. Paket makanan yang sudah dipesan pun mulai berdatangan, mulai dari gurame bakar, ayam bakar, cumi goreng, patin bakar, hingga aneka olahan sayuran macam tumis kangkung dan toge.

Soal minuman juga nggak ketinggalan, ada es jeruk dan teh hangat yang ditaruh di dalam gelas satu per satu, ada juga es teh yang ditaruh dalam morong besar. Semua makanan dan minuman yang datang terdistribusi dengan baik di 4 meja besar yang tersedia.

Lalu sampailah pada momen berbuka puasa tepat di pukul 17.42, kantong-kantong plastik berisi gorengan, sempol, dan makanan ringan mulai terbuka dan berpindah tempat dari satu titik ke titik lainnya. Gelas-gelas yang semula tersusun rapi juga mulai terbang mendekati bibir. Aksara dan saudara-saudara lainnya Fahri dan Atta saling bermain bersama. Ada juga saudara Aksara lainnya seperti Zio dan Aidan sibuk bermain sendiri sembari melihat ikan.

Setelah membatalkan puasa, hampir semua orang langsung mengambil piring dan siap mengisinya dengan nasi serta lauk-pauk. Tapi, Ayah memilih untuk melaksanakan salat terlebih dahulu di masjid belakang rumah makan. Memang beliau terbiasa untuk melaksanakan salat terlebih dahulu sebelum menyantap makan besar.

Sekitar 30 menit berlalu, piring-piring mulai nampak kosong yang tersisa hanya sedikit bumbu dan kuah. Satu per satu saudara mulai beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju masjid. Masjid yang berada di belakang rumah makan ini cukup besar, tipikal masjid-masjid di desa yang memiliki halaman yang begitu luas, tempatnya rapi, dan nyaman.

Setelah melaksanakan salat, kami kembali bercengkrama sembari melihat ikan di kolam. Aksara dan Fahri yang mendapatkan makanan ikan secara cuma-cuma dalam satu plastik kecil langsung tidak sabar untuk menebarnya. Saking antusiasnya, Aksara hampir saja tercebur ke dalam kolam yang berisi ikan lele, tombro, dan patin. Beruntung saya sempat menarik keras bajunya dan dia berpegangan di pinggiran kolam.

Tempat yang ramah dan recommended banget buat anak-anak.

Setelah semuanya selesai menghabiskan makanan, minuman, dan melaksanakan salat. Akhirnya waktu pulang telah tiba, tapi sebelum pulang pada pukul 18.30, kami sekeluarga menyempatkan untuk berfoto di halaman tengah rumah makan. Sebuah foto yang diambil untuk mendokumentasikan memori dan kehangatan yang nantinya akan jadi warisan berharga buat generasi Aksara dan saudaranya.

Terima kasih semua, sampai jumpa di Ramadan tahun depan!

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started